This is about a real friendship story
First, lemme introduce what Arts is
This is a X7 grade in SMA N 1 Tabanan (SMASTA)
there r so many characterizes who include in it.
we r from different places, different secondary school but we are still one. cus we never walk alone.
here r the description about ARTS from A to Z
A: ARTS singkatan dari anak" republik ten seven
B: BAKWAN
salah satu banyolan n kekonyolan ARTS. melambangkan kegaringan ARTS
C: Ceker
temennya bakwan, kalo gag bakwan ya ceker *maksa banget
D: Dody. the leader of arts. 1 kata buat dody = A.L.A.Y.
E: es campur. ni kelas udah kaya es campur aja daahh.. semua karakter ada dsini!! XD
F: Family. kelas ini udah kaya keluarga sendiri aja.. malah lebih betah di kelas dari pada di rumah.. hehehe ^^
G: Gokil. ARTS emang gokil banget.. mule dari serangan notif besar2an, buat MV, banyak bnget dahh
H: Hachiko. ARTS demen bnget ma tu film
I: Inovatif. selalu aja ada penemuan2 baru dari ARTS terkadang malah jd trendsetter dikalangan kelas lain.
J: Jorok. kalo comment di fb terkadang keselip kata2 jorok, kaya tenges, tai kuning, dll
K: Kompak. ARTS juga kompak, sampe oel aja kompakan tuh
L: Lawak. semua member ARTS pinter nglawak. pokoknya kalo qta kumpul pasti ada aja yg dilawakin. trutama TARNO Jr a.k.a. renjer merah itu. *Slamat slamat dsana kamera, dstu kamera, kena dehh
M: MMS. mencret main spirit... gag tau deh apa maksudnya. yg jelas itu penyemangat kita
N: Nasi goreng.salah satu member ARST ada yg jualan nasgor. tiap hari maem nasgor sampe nambah2. nyam nyam enakk
O: Online. ARTS demen banget oel apalagi kalo yg namanya COMMENT FOTO. udah tradisi itu mahh yaa ndak!?
P: Photo forever. kemana2 pasti fotoan. udah gitu diupload dahh. narsis bnget deh pokoknya
Q: question. seakan menjadi pertanyaan. apakah akan dipisah atau dibuat XI A 7?? *maaf sedikit memaksa
R: Renjer Merah. Ada yang cita2nya jadi renjer merah tu, pake naik pangkat segala lg..
S: Sandal jepit. lengkapnya sih, Cindelaura dan Sandal Jepit. sebuah drama musikal komedi yg kita buat. walopun gag menang tp itu sangat menghibur!! :))
T: Ten Seven Street Team. that's our team.. we will never walk alone cuz there's nothing better than gather along with ARTS
U: Usil. usil bnget dah ARTS. kadang bikin jengkel, tp dianggap fun aja dehh :))
V: velosete. lengkapnya mr.velosete, guru kesukaan ARTS. nguenggg cengggg... degedegedeg...
W: wiade champion my friend... hahahaahah sebuah lagu kebanggaan yg diplesetin dari nama bapaknya malor..
X: X7. itulah nama resmi kelas kita.. yang lain pasti cemburu, pasti cemburu, pasti cemburu..
Y: Youth. ARTS memang terdiri dari sekumpulan anak multitalented :))
Z: Zedeng... antara pinter sama zedengnya seimbang. hahahaha
what bout the members??
class organization :
Dody Tamara (Dody) = ARTS leader --> alay banget dah ni leader. playboy juga :) wkwkwk
Anissa Aulia (Icha) = vice leader --> doyan banget n oceh en gossipin org. skrg dia yg kna deh ACHA
Kartika Eka Putri (Tika) = secretary --> doyan nglawak. pacarnya agus tu hha :)
Diana Pradnyani (Diana) = secretary II --> tukang tidur dah ni anak. nge-fans bnget ma KD
Henny Meiantari (Henny) = exchequer er --> kalo ud sensi. semua pada diem
Ervina Asri (Vina) = exchequer er II --> bendahara baru tuh :) pacarnya pemain basket lg
members :
Sri Setiarini (sri) --> anak pks ee lanjutkan!!
Alit Juliani (Ajul) --> pacarnya kukuh!!! :P
Ratih Sari Dewi (ratih) --> hobi bnget teleponan
Eka Apsari (Eka) --> celenk blanko yang super duper konyol :P
Sinta Rahayu (sinta) --> suaranya lucu dehh
Ari Widhiani (ari) --> pendiem bnget
Pebriaryanthi (pebri) --> taaauuu?? seneng bnget ngomong kya gtu
Khrisna Saraswati (ayu) --> pendiem juga ni. tp gag tralu sih
Ita Purnamadewi (Ita) --> disiplin bnget dah, dasar mico berkawat :P
Risa Egryani (risa) --> anak kecil :((
Pradipta Nanda Octavian (nanda) --> bulan-bulanan nya pak sosiologi
Brian Yonathan (brian) --> pendiem juga ni. pernah dibanding2n ma kukuh :((
Primasanti (prima) --> si hoki. kalo dia teriak pasti hoki
Ayu Diah Laksmi (Titin) --> kerjaannya pacaran mulu dehh hhe :))
Laura Theux (Laura) --> si Cindelaura dagang nasi goreng
Dyah Pridami (poodle) --> ng-fans bnget ma kak yoga :)
Aditya Nugrahitha (Anu) --> jarang keluar suaranya :(
Suryawan Adhi Kusuma (Burja, jawir) --> slalu pengen BAB
Raheta Adi Wijaya (pak pol) --> aneh. suka bngt make topi n jaket!
Handi Pranata (cik) --> suka ngilang
Krisna Dwipayana (KD) --> prof sosiologi tapi nyontek di buku
Pramarta Widia (malor) --> biangnya banci nii
Aditya Nanda Kusuma (komang lekuk, bernard, ana) --> baru ngaku kalo suka ma ICHA
Agus Aditya Permana (agus) --> digossipin ma tika tuh :P
Wisnu Amerta (wisnu) --> sumpah ngotot banget. apalagi kalo masalah ulangan :))
Ari Kukuh (PRR, tarno JR) --> penjor bnget dah. slalu update status yg sok bijak padahal aslinya tengal
there r so many stories we have. it just like we r the same as ARTI SAHABAT sinema.
but, there's something we worried about the X7 future.
we doun even know will we be separated or not. but we hope not. hope so.
cus, here.. we found a new thing, a new family and a new life
LOVE U ALL MY FRIENDS..
WE WILL NEVER WALK ALONE.. BECAUSE THERE'S NOTHING BETTER THAN GATHER ALONG
Senin, 22 November 2010
DILEMA TES KEPERAWANAN
Akhir-akhir ini santer kita lihat dan dengar di media massa bahwa ada wacana tes keperawanan bagi anak-anak perempuan yang akan masuk ke jenjang pendidikan SMP atau SMA di beberapa daerah di Indonesia. Topik ini pun menimbulkan dilema di kalangan masyarakat kita, tidak sedikit kontra yang terlontar dibanding dengan pro nya. Bahkan ada yang menilai bahwa wacana ini melebihi dari primitif dan sangat terbelakang.
Gagasan ini pertama kali muncul dari anggota Komisi IV DPRD Jambi, Bambang Bayu Suseno. Menurutnya, ide tersebut digulirkan karena meningkatnya angka pergaulan bebas di kota-kota besar yang berdasarkan survei, menunjukkan hasil yang sangat mencengangkan, yaitu lebih dari 50 persen siswa dan siswi di tingkat SLTA pernah melakukan hubungan intim layaknya suami istri. Masyarakat Indonesia yang sangat religius ini tentu bereaksi, dan di antaranya adalah dengan ide tes keperawanan bagi perempuan yang akan masuk pada jenjang pendidikan tertentu dengan maksud agar menimbulkan efek jera dan rasa takut untuk melakukan perzinahan tersebut.
Kalau sudut pandangnya perzinahan, maka, problem ini sangatlah komplek. Problem perilaku seksual menyimpang yang dilakukan sebagian masyarakat, terutama anak-anak yang masih menyandang status pelajar, sangat tidak bijak kalau kemudian hanya ditimpakan kesalahannya pada anak-anak perempuan dengan status pelajar.Tetapi, apakah layak menjadikan tes ini sebagai pertimbangan dalam penerimaan siswa baru, padahal setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan? Inikah solusi satu-satunya yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan generasi muda kita? Hal tersebut tak lain dari sebuah privacy yang tak layak untuk dipublikasikan. Jadi, bukannya untuk membantu mereka, melainkan membuat mental mereka down.
Jika diteliti lebih dalam, sesungguhnya anak-anak tersebut adalah korban. Mereka korban kemajuan teknologi informasi, juga korban permissivisme (ketidakacuhan akan nilai dan norma) masyarakat. Dan yang lebih dahsyat adalah korban dari tidak adanya keteladanan dari generasi yang lebih tua yang seharusnya mampu membina dan mengarahkan mereka dari beragam tindak penyimpangan, termasuk perilaku seks menyimpang. Tidak semua remaja yang kehilangan keperawanannya adalah remaja yang “nakal”. Karena ini bergantung pada latar belakang remaja tersebut. Memang ada yang sudah melakukan hubungannya seks bebas, tetapi tidak sedikit pula remaja yang menjadi korban perkosaan atau pelecehan seksual, seperti yang dialami oleh saudara kita korban si Codet tersebut. Bahkan Berbagai aktivitas fisik seperti bersepeda serta senam lantai maupun pemasangan tampon bisa membuatnya rusak sekalipun belum pernah berhubungan badan. Pakar seksologi menilai hal ini tak hanya melanggar HAM, tapi juga membuktikan ketidaktahuan soal seksualitas. Tes keperawanan tersebut tidak akan ada gunanya. Sebab nilai-nilai seorang manusia tak bisa diukur hanya dari keperawanan dalam artian ‘selaput dara robek’.
So, what will happen next?? Namanya saja tes keperawanan, maka hanya diberlakukan kepada wanita, laki-laki tidak. Dari fakta inilah muncul tindak diskriminatif (ketidakadilan) antara laki-laki dan perempuan. Perempuan yang tidak perawan akan mendapat sanksi sosial berupa penolakan di sekolah, sementara yang laki-laki tidak mendapat hal yang serupa jika sudah tidak perjaka lagi. Di samping itu, untuk mengetes keperjakaan tentu lebih sulit dibanding keperawanan, karena perbedaan organ genital antara laki-laki dan perempuan. Like what i’ve said before, keperawanan merupakan sesuatu yang sangat privacy (rahasia pribadi) yang tidak pantas untuk dipublikasikan. Jika tes ini dilakukan, maka secara otomatis akan ada publikasi, semua orang akan tahu bahwa ia sudah tidak perawan lagi. Jika ini terjadi maka akan menimbulkan dampak psikologis yang luar biasa pada anak. Ia akan merasa minder dalam pergaulannya dan hal ini melanggar HAM.
Tes tersebut tidak relevan dengan tujuan pendidikan nasional yang ingin menjadikan masyarakat yang baik dan berbudi pekerti. Tes ini secara langsung akan menimbulkan sebuah klaim bahwa anak tersebut adalah anak nakal yang dianggap tidak layak untuk mengikuti pembelajaran. Padahal setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan, dan pemerintah wajib untuk memberikan pelayanan pendidikan bagi warga negaranya. Sesungguhnya yang harus dilakukan adalah memberikan pendidikan seks secara dini kepada anak baik itu di rumah maupun di sekolah. Apalagi sekarang di sekolah-sekolah sudah diadakan extracurricular KSPAN (Kelompok Siswa Peduli AIDS dan NARKOBA), sehingga anak bisa mengetahui apa itu seks bebas dan apa dampaknya bagi kehidupan mereka.
So, what do you think about this problem??
Gagasan ini pertama kali muncul dari anggota Komisi IV DPRD Jambi, Bambang Bayu Suseno. Menurutnya, ide tersebut digulirkan karena meningkatnya angka pergaulan bebas di kota-kota besar yang berdasarkan survei, menunjukkan hasil yang sangat mencengangkan, yaitu lebih dari 50 persen siswa dan siswi di tingkat SLTA pernah melakukan hubungan intim layaknya suami istri. Masyarakat Indonesia yang sangat religius ini tentu bereaksi, dan di antaranya adalah dengan ide tes keperawanan bagi perempuan yang akan masuk pada jenjang pendidikan tertentu dengan maksud agar menimbulkan efek jera dan rasa takut untuk melakukan perzinahan tersebut.
Kalau sudut pandangnya perzinahan, maka, problem ini sangatlah komplek. Problem perilaku seksual menyimpang yang dilakukan sebagian masyarakat, terutama anak-anak yang masih menyandang status pelajar, sangat tidak bijak kalau kemudian hanya ditimpakan kesalahannya pada anak-anak perempuan dengan status pelajar.Tetapi, apakah layak menjadikan tes ini sebagai pertimbangan dalam penerimaan siswa baru, padahal setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan? Inikah solusi satu-satunya yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan generasi muda kita? Hal tersebut tak lain dari sebuah privacy yang tak layak untuk dipublikasikan. Jadi, bukannya untuk membantu mereka, melainkan membuat mental mereka down.
Jika diteliti lebih dalam, sesungguhnya anak-anak tersebut adalah korban. Mereka korban kemajuan teknologi informasi, juga korban permissivisme (ketidakacuhan akan nilai dan norma) masyarakat. Dan yang lebih dahsyat adalah korban dari tidak adanya keteladanan dari generasi yang lebih tua yang seharusnya mampu membina dan mengarahkan mereka dari beragam tindak penyimpangan, termasuk perilaku seks menyimpang. Tidak semua remaja yang kehilangan keperawanannya adalah remaja yang “nakal”. Karena ini bergantung pada latar belakang remaja tersebut. Memang ada yang sudah melakukan hubungannya seks bebas, tetapi tidak sedikit pula remaja yang menjadi korban perkosaan atau pelecehan seksual, seperti yang dialami oleh saudara kita korban si Codet tersebut. Bahkan Berbagai aktivitas fisik seperti bersepeda serta senam lantai maupun pemasangan tampon bisa membuatnya rusak sekalipun belum pernah berhubungan badan. Pakar seksologi menilai hal ini tak hanya melanggar HAM, tapi juga membuktikan ketidaktahuan soal seksualitas. Tes keperawanan tersebut tidak akan ada gunanya. Sebab nilai-nilai seorang manusia tak bisa diukur hanya dari keperawanan dalam artian ‘selaput dara robek’.
So, what will happen next?? Namanya saja tes keperawanan, maka hanya diberlakukan kepada wanita, laki-laki tidak. Dari fakta inilah muncul tindak diskriminatif (ketidakadilan) antara laki-laki dan perempuan. Perempuan yang tidak perawan akan mendapat sanksi sosial berupa penolakan di sekolah, sementara yang laki-laki tidak mendapat hal yang serupa jika sudah tidak perjaka lagi. Di samping itu, untuk mengetes keperjakaan tentu lebih sulit dibanding keperawanan, karena perbedaan organ genital antara laki-laki dan perempuan. Like what i’ve said before, keperawanan merupakan sesuatu yang sangat privacy (rahasia pribadi) yang tidak pantas untuk dipublikasikan. Jika tes ini dilakukan, maka secara otomatis akan ada publikasi, semua orang akan tahu bahwa ia sudah tidak perawan lagi. Jika ini terjadi maka akan menimbulkan dampak psikologis yang luar biasa pada anak. Ia akan merasa minder dalam pergaulannya dan hal ini melanggar HAM.
Tes tersebut tidak relevan dengan tujuan pendidikan nasional yang ingin menjadikan masyarakat yang baik dan berbudi pekerti. Tes ini secara langsung akan menimbulkan sebuah klaim bahwa anak tersebut adalah anak nakal yang dianggap tidak layak untuk mengikuti pembelajaran. Padahal setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan, dan pemerintah wajib untuk memberikan pelayanan pendidikan bagi warga negaranya. Sesungguhnya yang harus dilakukan adalah memberikan pendidikan seks secara dini kepada anak baik itu di rumah maupun di sekolah. Apalagi sekarang di sekolah-sekolah sudah diadakan extracurricular KSPAN (Kelompok Siswa Peduli AIDS dan NARKOBA), sehingga anak bisa mengetahui apa itu seks bebas dan apa dampaknya bagi kehidupan mereka.
So, what do you think about this problem??
Senin, 08 November 2010
cultural education for children
Well, we live in Indonesia , the country who has many islands. It cause Indonesia called “Nusantara”. One island has many cultures, and it’s different between the others. So, indirectly Indonesia is also rich of cultures. Especially Bali , our province. It’s already famous in this world because its cultures. What are they? There are so many cultures, but the famous one is Balinese Dance. It’s not only one but also various. They are pendet, legong, oleg tamulilingan, kecak. barong, and many more. We need to dominate it, that’s why we have to learn it, because it’s our culture. So, we need art and culture subject in our school. It means that we learn about the arts and cultures of Bali , such as : Balinese dance, majajaitan, play gong or gamelan and so on. As we know, some schools in Bali include it into extracurricular, they include it into the main subject in their school too. We can call it the school who set a side in Balinese dance like ASTI ( Indonesian Dance Academy ). It really help us to keep our culture.
But, Why do we have to learn all of it? Well, as we know, our cultures (pendet, batik, reog ponorogo, angklung, rasa sayange song, etc) are already claimed by Malaysia to be theirs. Whereas, pendet is already famous as the characteristic of Bali . Do you want they claim another cultures again? Of course not, right! Because of that, we must keep it, and to keep our cultures we have to learn our cultures. By learning it in our school, we can dominate it day by day. So, there’s no country will claim our cultures again.
Can we get the advantages of this? Beside it can keep our culture from others countries who want to dominate it, we can also get the good effects. If we learn the Balinese dance seriously, we can join some competitions, and it can be an international dance competition. If we win it, we can introduce and show our cultures to the world, like “Hey, here is Balinese dance. That is our cultures.” How cool is that. It can also give us much money.
But, what about for our country? Automatically, if we can keep our culture, there are foreign tourists will admire us. So, they will visit our country, and it increase our country’s income.
I just wan to say, don’t be shy to introduce your culture. Don’t be shy to learn it in your school. Because it can be your excellence wealth in this world. So, let’s keep our culture to be ours!!
Langganan:
Komentar (Atom)
