Rabu, 06 April 2011

Perekrutan Remaja dalam Terorisme


Terorisme... Apakah kalian pernah mendengar kata ‘terorisme’ ? Tentu saja sering, bukan! Akhir-akhir ini tidak jarang kita melihat dan mendengar berita di televisi, internet maupun radio mengenai tertorisme, jadi kata-kata itu sudah tak asing lagi di telinga kita. Nah, terorisme ialah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan untuk membangkitkan perasaan teror (takut, khawatir, gelisah) terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan perang, aksi terorisme tidak tunduk pada tata cara peperangan seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak serta seringkali merupakan warga sipil. Aksi terorisme juga mengandung makna bahwa serangan-serangan teroris yang dilakukan tidak berperikemanusiaan dan tidak memiliki justifikasi, maka dari itu para pelakunya (teroris) layak mendapatkan pembalasan yang kejam. Akibat makna-makna negatif yang dikandung oleh perkataan "teroris" dan "terorisme", para teroris umumnya menyebut diri mereka sebagai separatis, pejuang pembebasan, pasukan perang salib, militan, mujahidin, dan lain-lain. Biasanya terorisme erat kaitannya umat Musim dan Jihad. Mengapa? Mayoritas kelompok teroris memang berasal dari umat muslim seperti Al-Qaeda yang memiliki jaringan di berbagai negara, bahkan di Indonesia. Al-Qaeda digolongkan sebagai organisasi teroris internasional oleh Amerika Serikat, PBB, Uni Eropa, Britania Raya, Kanada, Australia, dan beberapa negara lain. Terorisme juga sering disangkutpautkan dengan “jihad”. Padahal, Terorisme tidak bisa dikategorikan sebagai jihad. Dalam Islam, arti kata Jihad adalah berjuang dengan sungguh-sungguh. Jihad dalam bentuk perang harus memperjelas pihak-pihak mana saja yang terlibat dalam peperangan, jihad dalam bentuk perang dilaksanakan jika terjadi fitnah yang membahayakan eksistensi ummat (antara lain berupa serangan-serangan dari luar). Jihad tidak bisa dilaksanakan kepada orang-orang yang tunduk kepada aturan Allah atau mengadakan perjanjian damai maupun ketaatan. Terorisme bukanlah jihad. Terorisme hanyalah kegiatan sekelompok orang yang tidak memiliki tujuan yang jelas. Jika kita lihat lebih dalam lagi, Islam tidak pernah mengajarkan umatnya memusuhi bangsa atau etnis, karena semuanya merupakan fitrah yang diciptakan oleh Allah. Jangankan Islam, semua agama di dunia ini tidak mungkin membenarkan adanya aksi terorisme. Hal ini bukanlah kesalahan dari agama itu sepenuhnya, melainkan kesalahan umatnya yang terlalu fanatik.
      Sebenarnya, apa saja yang menyebabkan orang untuk melakukan terorisme? Alasannya ialah :
1.      Adanya penyimpangan ajaran agama, karena saking fanatiknya mereka akan bingung untuk memilih kemana jalan menuju surga dan kemana jalan menuju neraka. Mereka juga sering menyebut dirinya sendiri “lebih Muslim dari Nabi Muhammad” atau lebih “lebih kristiani dari Yesus Kristus.”
Hal ini disebabkan karena pemberian doktrin-doktrin yang keras oleh pengikutnya.
2.      Adanya ideologi radikal yang muncul dimana-mana. Ideologi teroris berisi keyakinan yang menyetujui perilaku tertentu. Semua itu adalah perilaku mutlak dan dilihat sebagai bentuk pelayanan.

Terorisme memang banyak macamnya, ada teror melalui surat, sms, telepon dan yang paling populer ialah teror bom. Masih teringat di dalam benak kita akan ledakan Bom Bali 12 Oktober sembilan tahun lalu. Tak lama kemudian terjadi ledakan bom di Kedubes Australia. Teror ini kembali terjadi dan mengguncang Bali, lalu ledakan di Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton, serta ledakan yang heboh yaitu bom buku. Semuanya mengguncang Indonesia terus menerus. Mereka tak pandang bulu mencari mangsa, begitu pun sang pelaku sendiri. Jika kita lihat, siapa saja sih yang bisa menjadi teroris? Siapa saja bisa, baik itu pria, wanita, orang kaya, orang miskin, tua maupun remaja. Ya, remaja. Mereka pun mempunyai nama tersendiri yaitu “Pengantin.” Masih ingat dengan bom bunuh diri yang dilakukan oleh remaja bernama Dani Dwi Permana di Hotel JW Marriot tersebut? Itu merupakan salah satu buktinya. Namun, mengapa harus remaja? Generasi muda atau remaja merupakan sasaran empuk bagi perkaderan organisasi terorisme. Wajar saja, sebab masa remaja merupakan masa di mana ide/paham baru bisa dengan mudah ditanam dalam pikiran mereka. Masa remaja juga ditandai dengan kepribadian yang masih labil. Mereka belum mempunyai prinsip diri yang cukup dan pegangan dalam membentengi diri dari ide/paham yang tidak benar. Dengan demikian, indoktrinasi berjalan sangat lancar, ditambah lagi dengan kemampuan para teroris dalam mendoktrin atau memprovokasi calon kader. Apa saja faktor yang mempengaruhi remaja tersebut untuk menjadi teroris?
1.      Remaja yang mempunyai semangat tinggi dalam beragama.
2.      Keadaan ekonomi remaja tersebut.
Remaja yang hidup dalam keadaan ekonomi yang layak, terlebih lagi bila sudah memiliki pekerjaan tetap, tidak rentan terhadap aktivitas-aktivitas yang cenderung tidak produktif tersebut. Sementara bagi yang hidup pas-pasan, terlebih lagi bila hidupnya tidak layak, derajat kerentanannya tinggi. Karekteristik orang yang terakhir mudah direkrut karena mereka tidak terlalu peduli dengan harta benda, serta cenderung bersikap pasrah terhadap kekuatan yang berasal dari luar.
Lalu, apa yang ada dalam benak remaja tersebut? Setiap orang yang melakukan aksi bom bunuh diri beranggapan bahwa aksi tersebut bukanlah kejahatan yang pantas memperoleh ganjaran negatif, tapi merupakan suatu pembelaan terhadap kebenaran yang pantas mendapat ganjaran positif. Benarkah itu? Tentu saja tidak kan. Coba kalian pikirkan, pertama dia melakukan bunuh diri dimana hal itu sudah jelas-jelas dilarang agama. Kemudian, dengan tidak langsung dia membunuh orang lain. Jadi, otomatis dosanya akan berlipat ganda. Bukan surga yang akan mereka raih, melainkan neraka. Kemudian, apa dampak dari semua ini ?
1.      Untuk para remaja yang terlibat dalam terorisme
·         Mereka tidak bisa menikmati indahnya masa remaja.
·         Mereka tidak bisa melakukan apa yang dilakukan remaja seusianya.
Karena para teroris telah mencuci otak mereka.
2.      Untuk negara Indonesia
·         Dapat mencoreng nama baik negara kita di tingkat dunia.
·         Para investor asing akan semakin takut untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
·         Pengangguran semakin banyak dan lapangan kerja semakin menyempit.
·         Pendapatan perkapita Indonesia semakin menurun dan menimbulkan krisis ekonomi.

Apa solusi untuk mencegah perekrutan remaja dalam terorisme?
1.      Keluarga
Orang tua harus mampu memberikan pendidikan agama yang benar kepada anak dan berusaha untuk menciptakan suasana yang kondusif terhadap anak sehingga muncul kepribadian yang positif dari anak.
2.      Masyarakat sekitar
Keluarga hanya bisa memantau anak terbatas di dalam rumah, maka dari perlu juga adanya pengawasan dari masyarakat sekitar.
3.      Pemerintah
Pemerintah bertugas untuk mencegah aksi teror pada remaja. Dengan cara membuka banyak lapangan kerja sehingga tidak ada lagi pengangguran.
Lalu, apakah kita sebagai remaja hanya perlu duduk diam dan tak berbuat apa-apa? Tentu saja tidak, kan ! Kita lah generasi penerus bangsa, harapan pahlawan-pahlawan kita terdahulu. Ingatlah, kita harus bisa berhati-hati dan berusaha untuk membentengi diri sendiri. Semua ini (perekrutan) berasal dari pergaulan kita. Kita harus berhati-hati dalam bergaul, terutama dengan orang yang baru kita kenal. Kuncinya adalah janganlah terlalu mempercayai orang asing (orang yang belum kita kenal dengan baik). Pengetahuan, pendidikan agama, dan pendidikan moral mempunyai peran yang sangat penting dalam mengatasi masalah ini, karena “kepintaran tak akan berarti tanpa moral, sikap baik dan agama.”